Pernah Ke: Candi Sambisari dan Museum Sonobudoyo Bareng Jogja Walking Tour

Bersama Mas Erwin (Jogja Walking Tour) di Candi Sambisari
Sumber foto: dokumentasi pribadi

Disclaimer: Tulisan ini saya tulis awal tahun 2022.


Sore yang terik di Candi Sambisari pada akhir pekan kedua di bulan Januari 2022 tidak menyurutkan semangat para wisatawan yang berkunjung untuk sekadar duduk-duduk di rerumputan, berswafoto, atau berkeliling komplek candi. 

Di lokasi titik kumpul yang tidak jauh dari Candi Sambisari, saya menghampiri salah seorang laki-laki yang mengenakan topi bucket hitam yang terlihat tidak asing bagi saya.  Seorang laki-laki tersebut namanya Mas Erwin, founder dari Komunitas Malam Museum sekaligus pemandu Jogja Walking Tour.

Setelah menyapa dan berbasa-basi sebentar, Mas Erwin menuturkan bahwa topik tur pada 8 Januari 2022, di Candi Sambisari akan sepaket dengan topik tur pada 9 Januari 2022 di Museum Sonobudoyo. Kedua topik memang berkaitan antara satu dengan yang lain, yakni peninggalan sejarah Hindu pada abad 8 sampai 10 Masehi. 

“Mas Erwin ini sebagai apa sih, di sini? Tour guide gitu ya, Mas?” tanya saya yang langsung disambut Mas Erwin dengan tawa kecil.

Jogja Walking Tour merupakan salah satu program dari Komunitas Malam Museum. Bagi yang sudah kenal dan pernah ikut program dari Komunitas Malam Museum, pasti nggak asing dengan program jalan-jalan malam di museum seperti dalam film Night at The Museum yang free alias gratis. Kalau kata anak zaman sekarang, “literally free, guys.

“Tapi memangnya, cuma Mas Erwin sendiri kah, yang nge-handle Jogja Walking Tour?” saya kembali bertanya. 

“Sebenernya anak-anak di komunitas itu ada banyak, cuma mereka tuh masih pada kayak belum berani gitu buat speak up, takut kalau ditanyain peserta tur tentang ini itu tapi nggak bisa jelasinnya. Makanya tur ini tuh kan kadang-kadang minggu ini ada, minggu depan nggak ada. Tergantung akunya sibuk apa enggak,”

Setiap tur yang diadakan oleh Jogja Walking Tour diikuti sekitar 25 peserta, dan memang pihak Jogja Walking Tour membatasi peserta tur paling banyak hanya 25 orang saja.

Saya sendiri adalah salah satu peserta yang beruntung karena dapat kesempatan bergabung untuk ikut jalan-jalan berbasis belajar budaya dan sejarah dengan Jogja Walking Tour ke Candi Sambisari dan Museum Sonobudoyo. Karena usut punya usut, setiap kali Jogja Walking Tour memposting acara jalan-jalan yang akan datang di Instagram, tidak sampai satu hari peminatnya bisa sampai ratusan. Tapi karena memang kuota terbatas hanya 25 orang saja, terpaksa sisanya harus ditolak. 

Meski peserta tur terbatas 25 orang, Mas Erwin selaku pemandu jalan-jalan ala Jogja Walking Tour tetap mewanti-wanti para peserta untuk tetap mematuhi protokol kesehatan dan menjaga jarak, mengingat situasi saat ini masih dalam pandemi Covid-19.


Berawal dari Program Kreativitas Mahasiswa, lahir sebuah komunitas

Berbicara mengenai Jogja Walking Tour, tidak akan bisa dilepaskan dari Komunitas Museum Malam. Sebelum mengenal Jogja Walking Tour lebih lanjut, kita perlu mengenal yang namanya Komunitas Museum Malam. 

“Awalnya itu dari Program Kreativitas Mahasiswa, atau kalau kamu tahu itu namanya PKM. Nah, kami mengajukan proposal tahun 2011 dan didanai pada tahun 2012. Dulu tuh, tema PKM-nya adalah PKM Kewirausahaan dan program inisiatif aku sama temen-temenku ini bertajuk ‘Mengunjungi Museum di Malam Hari’.”

Mas Erwin, yang pada waktu itu merupakan mahasiswa jurusan Sejarah di UGM, bersama tiga orang kawannya yang juga dari jurusan yang sama (Tantri, Odi, Yayung) dan satu lagi dari jurusan Pariwisata (Bahtiar), mengajukan proposal ke Dikti dan Kemendikbud untuk mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa tahun 2011 silam dengan program bertajuk ‘Mengunjungi Museum di Malam Hari’. 

“Karena dulu ada film yang kami tonton, judulnya Night at The Museum. Dari situ akhirnya kita kepikiran, kenapa nggak bikin jelajah museum pada malam hari ya? Kayaknya juga lebih seru dan emang pada waktu itu belum pernah ada yang begitu kan,” jelas Mas Erwin ketika saya bertanya darimana ide program tersebut berasal. 

Program yang pada awalnya berbasis profit-oriented tersebut bekerja sama dengan Fort Vredeburg Museum, alias Museum Benteng Vredeburg. Jelajah malam museum pertama kali diadakan pada 17 Maret 2012 yang disambut masyarakat dengan antusias yang sangat tinggi. Namun, jelajah malam museum perlahan surut ketika Program Kreativitas Mahasiswa yang diselenggarakan Dikti berakhir pada 2013. 

Sebagai mahasiswa yang ingin membaktikan diri sesuai dengan konsep Tridharma Perguruan Tinggi, Mas Erwin berinisiatif untuk tetap menghidupkan jelajah malam museum guna mengabdikan diri pada masyarakat dengan ilmu yang didapat. 

Program jelajah malam museum pun kemudian lahir sebagai sebuah komunitas yang kini dikenal dengan Komunitas Malam Museum pada tahun 2014, dengan tiga program non-profit oriented yakni Jelajah Malam Museum, Class Heritage (mengunjungi situs-situs sejarah dan budaya), Kids in Museum (untuk anak-anak usia 6-12 tahun), serta satu program profit oriented yakni Jogja Walking Tour.


Peserta Jogja Walking Tour tak terbatas usia

Saya sempat bertukar cerita dengan Pak Tatang pada tur di Museum Sonobudoyo tanggal 9 Januari 2022 lalu. Pak Tatang adalah seorang bapak-bapak paruh baya yang ternyata adalah peserta langganan alias sangat sering ikut tur Komunitas Malam Museum dan Jogja Walking Tour. 

“Sebelum ada Jogja Walking Tour, saya sudah ikut jalan-jalan sejak jauh sebelum pandemi. Itu (Jelajah Malam Museum) gratis, jadi memang Malam Museum bekerjasama sama (Museum Benteng) Vredeburg.” Ujar Pak Tatang sambil sesekali memotret benda-benda yang ada di museum. 

Ketika saya tanyai kenapa Pak Tatang tertarik ikut jalan-jalan, beliau menuturkan bahwa jalan-jalan sendiri tidak akan mendapatkan ilmu seperti jalan-jalan bareng dengan Jogja Walking Tour. Selain itu, Pak Tatang yang sejak awal tur sering mengambil foto dengan kameranya dan aktif bertanya pada Mas Erwin mengenai sesuatu yang berkaitan dengan sejarah mengaku bahwa beliau memang suka jalan-jalan, suka motret, dan suka dengan kegiatan yang menambah wawasan. Salute!

Hampir sama dengan Pak Tatang, Mas Yunus adalah salah satu peserta langganan yang sudah ikut hampir ke seluruh rute yang ditawarkan oleh Jogja Walking Tour. 

“Awalnya tahu dari temen yang pernah ikut. Terus ngikutin postingan Instagram Jogja Walking Tour juga,” ujar Mas Yunus setelah saya membuka percakapan.

“Aku sering ikut sih, sampai yang paling langka itu ke Pleret, di makam. Selama ini, baru satu kali Mas Erwin (atas nama Jogja Walking Tour) ke sana. Karena biasanya kan mengulang rute-rute yang biasa ditawarin di postingan Instagram. Tapi asyiknya, Mas Erwin itu nggak abis idenya.”

Mas Erwin saat menjelaskan mengenai salah satu arca di Museum Sonobudoyo.
Sumber foto: dokumentasi pribadi


Dari menambah wawasan hingga menambah teman

Rombongan Jogja Walking Tour Edisi Museum Sonobudoyo 2022.

Dari 25 peserta tur Jogja Walking Tour, dapat ditemukan berbagai peserta dengan rentang usia yang bermacam-macam dengan profesi yang bermacam-macam juga. 

Saya berbincang dengan Alin dan Rizal, yang sedang melanjutkan studi di salah satu universitas negeri di Yogyakarta. Rizal mengatakan bahwa ia tahu Jogja Walking Tour dari akun twitter @infoseni_

“Aku tahu info Jogja Walking Tour dari twitter sih, karena sering cari-cari info konser. Kebetulan nemu aja info jalan-jalannya ini, tapi sebelumnya pernah ikut turnya satu kali.” Ujar Rizal.

“Ohh, I see.. Kenapa memutuskan buat ikut jalan bareng Jogja Walking Tour, Kak?”

“Yaa biar nambah-nambah pengetahuan, lumayan kan jalan-jalan ada yang jelasin. Baru kali ini juga ikutan.” Jawab Alin ketika saya bertanya kenapa tertarik ikut jalan-jalan bareng Jogja Walking Tour. 

Saat tur di Candi Sambisari, saya berkenalan dengan seorang perempuan bernama Lia. Lia sendiri adalah seorang pekerja yang belum lama pindah ke Yogyakarta dan punya hobi jalan-jalan. Kebetulan pada suatu kesempatan, Lia diberitahu oleh temannya mengenai Jogja Walking Tour. Hingga akhirnya sampailah Lia di Candi Sambisari, bersama dengan rombongan peserta Jogja Walking Tour lainnya. 

“Setelah ikut ini malah jadi tambah kepo sih sama sejarah dan proses pemugaran candi. Tapi aku yang awalnya belum tahu jadi ngerti sejarahnya. Dapet ilmu, dapet pengalaman, dapet temen baru juga.” Saya mengangguk setuju dengan penuturan Lia mengenai kesan yang didapatnya setelah mengikuti tur Jogja Walking Tour.

“Eh iya, kamu ada Instagram kan?” Saya kembali mengangguk semangat.

Ya, perjalanan sejarah bersama Jogja Walking Tour membuat saya mendapatkan ilmu, pengalaman, dan juga teman baru... khususnya di Instagram. :D

Pernah Ke: Candi Sambisari dan Museum Sonobudoyo Bareng Jogja Walking Tour  Pernah Ke: Candi Sambisari dan Museum Sonobudoyo Bareng Jogja Walking Tour Reviewed by Leony Sherena on Mei 07, 2022 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.