Pernah Baca: Bukannya Aku Nggak Mau Menikah (Lee Joo Yoon)

Siapa yang pernah ada dalam kondisi capek menjalin hubungan sama orang lain, lalu memutuskan untuk gak punya hubungan selamanya? Ayo angkat tangan, temenin saya! 

Seiring sejalan dengan tekad kuat tersebut, pada akhir tahun 2021, saya yang baru banget resmi menyandang gelar pengangguran dengan hobi scrolling yang mendarah daging, menemukan sesuatu di Twitter. 


Sebuah thread rekomendasi buku bacaan yAng hArUs dIbAca sEbeLum r4f4tHaR dewAszAh, salah satunya adalah buku ini: 


Sumber gambar: dokumentasi pribadi


Alasan saya kepincut hingga akhirnya meminang buku tersebut dua bulan kemudian disebabkan karena ada potongan paragraf dari buku tersebut yang kemudian langsung menarik hati saya. 


"Buatku, cinta adalah pekerjaan. Mandi dan merias wajah dengan hati-hati. Membongkar laci untuk mencari pakaian dalam yang serasi. Memaksakan senyum saat mendengar lelucon yang kurang lucu. Mengontak pacar puluhan kali sehari sambil menanyakan kabar dan melaporkan hari. Berkelahi sampai nyaris mati karena masalah sepele dan berbaikan seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Harus menjelaskan pemikiranku yang kadang aku saja tidak bisa mengerti…." (Bukannya Aku Nggak Mau Menikah, Lee Joo Yoon, (Jakarta: POP, 2021), hlm. 26)


Bayangkan saja deh, ketika kamu sedang ada di situasi capek dan muak bercinta, menemukan kalimat seperti itu seolah-olah memvalidasi perasaan capekmu. Iya nggak? Kalau saya waktu itu sih: IYA BANGET! 


Teman bookhunter saya pada saat itu sampai menyemangati: nah, habis beli dan baca buku ini harusnya bisa memperkuat motivasi kamu buat fokus karir, cinta-cintaan itu tai!


Yah, begitulah. Sampai pada akhirnya, buku tersebut cuma terdampar rapi di ujung rak buku paling atas, menunggu untuk dituntaskan tapi gak kunjung saya rampungkan. Baru pada siang, 24 Mei 2022, saya resmi selesai membaca buku tersebut. 


Dari keseluruhan inti bacaan, inti yang saya dapatkan dari buku tersebut adalah begini: cinta itu sebuah kata kerja yang membutuhkan subjek dan objek.


Dalam buku tersebut contohnya seperti berdandan, berinteraksi, dan berpikir, yang mau nggak mau atau sadar nggak sadar pasti kita lakukan. Atau juga kadang, kita harus melakukan sesuatu secara terpaksa hanya untuk menjaga perasaan pasangan kita. Wah, capek nggak sih? Diri sendiri saja kadang masih tidak terjaga dan ndlosor, masa mau repot-repot menjaga orang lain.


Buat yang sudah siap untuk menerima resiko dan konsekuensi hubungan ke depan sih, mungkin nggak ada masalah. Tapi buat yang belum siap, itu masalah besar. Dan tolong, jangan dipaksa! Begitulah inti dari buku tersebut. Banyak ketidaksiapan yang dirasakan oleh penulis yang kebetulan sama relate-nya dengan kondisi pembaca yang meng-ho'oh ini bener banget!-kan setiap kalimat yang terurai dalam buku itu. 


Besides, sebagai pembaca, seakan saya disodorkan  realita dari pahitnya percintaan dan pernikahan yang seolah-olah diatur oleh masyarakat berdasarkan usia dan kemapanan seseorang. Padahal, itu sama sekali tidak ada korelasinya. 


Banyak yang harus disiapkan untuk menjalin hubungan apalagi hingga ke jenjang pernikahan. Selain kesiapan diri yang meliputi sudah sejauh mana kita berbenah dari masa lalu menuju masa depan, kita juga harus berusaha menemukan pasangan yang betul-betul pas-cocok-sesuai, dan tentunya mau dengan kita. 


Menyatukan dua gap antara satu dengan yang lain bukanlah suatu hal yang mudah. Bisa jadi dijalani sampai akhir dengan banyak hikmah, bisa juga memilih untuk menyerah. Yah, begitulah~

Pernah Baca: Bukannya Aku Nggak Mau Menikah (Lee Joo Yoon) Pernah Baca: Bukannya Aku Nggak Mau Menikah (Lee Joo Yoon) Reviewed by Leony Sherena on Mei 27, 2022 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.