Selamat pagi, selamat siang, selamat sore,
selamat malam!
Rasanya
sudah lama sekali saya nggak ngoceh di blog ini. Dibanding pada zaman
dulu saya mengisi blog dengan jeritan hati (tukang galau huhu), sekarang saya
mencoba kembali aktif lagi di blog untuk berbagi sesuatu yang saya rasa
berharga dan menarik bagi saya. Entah itu pengalaman, informasi, atau apapun
itu. Saya nggak akan menggunakan bahasa yang terlalu baku ya, teman-teman.
Anggap saja saya adalah teman kalian, dan saya sedang berbagi cerita dengan
kalian. Mwahh!
Daripada
kebanyakan intro, mari kita masuk.
Jadi begini
teman-teman, saya mau cerita tentang apa yang saya lakukan pada Jum’at, 21
Desember 2018. Tulisan ini akan saya bagi dua bagian dan judul yang berbeda karena saya rasa bakal
panjang banget. Kebetulan beberapa hari yang lalu saya diberitahu teman saya
tentang kegiatan Pelatihan Kader Perdamaian Pemuda Gereja dan Pemuda Lintas
Iman dan Budaya di DIY yang mengusung tema Memperbaiki Prasangka Demi
Perdamaian dengan tiga narasumber, yakni Dr. Nina Mariani Noor, MA (Dosen
UIN Sunan Kalijaga), Dra. Rika Aminah Sijaya (Pengurus Agama Baha’i),
dan Pendeta Elga Sarapung.
Kegiatan ini
yang awalnya ditarget 70-80 peserta, ternyata malah mencapai kurang lebih
mencapai 100 peserta. Dalam kegiatan ini, kami disajikan dua materi, yang
pertama mengenal dan memahami jemaat Ahmadiyah dan yang kedua mengenal dan
memahami agama Baha’i. Ada dua respon orang yang mendengar materi ini: (1)
Hmm..ini materi sesat, (2) Ah, gak sabar untuk nambah ilmu, (3) Duh, kepo nih.
Saya? Jujur
saja, saya termasuk golongan ketiga, ha ha ha.
Yang saya
tulis di sini adalah menurut apa yang saya dengar dan dapatkan dari pemateri.
Jadi jika ada salah, harap maklum dan saya sangat menghargai jika ada yang mau
membenarkan dengan cara yang baik. Disamping itu juga, saya tidak akan
membenarkan atau menyalahkan karena apa yang saya tulis hanyalah sekedar
informasi dari apa yang saya dapat. Terkait dengan sesat, atau apapun itu, kalian punya nilai masing-masing, ya, dalam memandang kedua paham ini. Siap teman-teman?
Oke, yang
pertama yang saya pahami tentang Ahmadiyah selama ini adalah bahwa ajaran sekte
itu mengandung kesesatan, dan yang kedua saya sama sekali belum pernah dengar
tentang agama Baha’i, titik. Setelah mengikuti kegiatan pelatihan yang
berbentuk seminar dan diskusi ini yang mana dibawakan oleh masing-masing
penganut, saya jadi mengerti banyak hal.
Ahmadiyah diperkenalkan
oleh Mirza Ghulam Ahmad di Qadian pada tahun 1889 yang sekarang berpusat di
Inggris. Ahmadiyah punya system kekhalifahan yang mereka sebut khalifatul
masih, pengganti dari Isa yakni Mirza Ghulam Ahmad. Ahmadiyah tetap berpegang teguh pada
Al-Qur’an dan Hadits, percaya juga pada Nabi Muhammad yang termasuk pada
khatamah nabiyyah, tetap juga memiliki rukun iman dan rukun Islam yang sama
dengan Islam yang lain. Bedanya adalah, Nabi Isa yang ada dalam Islam yang
selama ini kita percayai bahwa beliau akan datang kembali ke bumi, mereka
percayai sudah datang. Siapakah yang mereka maksud? Yaitu Mirza Ghulam Ahmad.
Mirza Ghulam Ahmad, pembawa ajaran Ahmadiyah (Sumber: Wikipedia) |
Pemahaman
saya seperti ini, mereka percaya bahwa Nabi Muhammad adalah nabi terbaik dalam
Islam dan sebagai khatamul anbiya. Namun mereka juga menganggap bahwa meski
terakhir dan terbaik, belum tentu tidak bisa lahir nabi baru, yakni Mirza
Ghulam Ahmad. Mereka menganggap bahwa Ghulam Ahmad adalah nabi yang tidak
membawa ajaran seperti nabi-nabi lain.
Di
Indonesia, aliran Ahmadiyah mulai berkembang pada tahun 1925 namun belum resmi.
Daerah tempat berkembangnya aliran tersebut pertama kali adalah Aceh dan
akhirnya diresmikan menjadi sebuah organisasi pada tahun 1953. Oh iya, kata
sang pemateri, Ahmadiyah identic dengan mengirim utusan untuk menyebarkan paham
mereka ke daerah-daerah lain. Tapi munculnya Ahmadiyah di Indonesia, justru
orang dari Indonesianya sendiri yang datang ke India dan bertemu dengan
khalifatul massinya Ahmadiyah. Ada tiga orang yang mempelajari Ahmadiyah yang
berasal dari Padang, Sumatera Barat. Kesalahan saya adalah, saya tidak mencatat
tiga nama tersebut. Huhuhu. :’(
Aliran
Ahmadiyah selama ini dianggap sesat, seperti dalam fatwa MUI bahwa mereka punya
nabi sendiri dan mereka melenceng dari Islam karena terpengaruh oleh sepuluh
buku radikal dan lain sebagainya. Namun MUI tidak bisa membubarkan, hanya bisa
memperingatkan bahwa Ahmadiyah tidak boleh menyebarkan paham sesat dan radikal.
Jika dibilang radikal, sang pemateri menjelaskan, Ahmadiyah memang terkesan
keras dalam hal menjalankan ibadah seperti “Sudah tahajud belum?” “Sholatnya
tepat waktu tidak?”. Sedang dalam pergerakan, Ahmadiyah sama sekali tidak
keras.
Sampai saat
ini, Ahmadiyah memiliki sekitar 16.000 masjid, 500 sekolah, dan 30 rumah sakit.
Ahmadiyah bahkan punya kegiatan humanity yang masuk catatan Rekor MURI
2017, yakni donor mata terbesar di Indonesia. Pasalnya, para penganut aliran
Ahmadiyah memberikan warisan (kornea) matanya untuk didonorkan pada yang
membutuhkan setelah mereka meninggal. Seperti yang lain, Ahmadiyah juga punya
misi mulia, yaitu menerjemahkan Al-Qur’an dalam 100 bahasa. Hingga sekarang,
masih 70 bahasa yang berhasil mereka terjemahkan. Ahmadiyah sendiri juga punya
prinsip, yaitu Love For All Hatred For None.
Yang
selanjutnya adalah mengenai agama Baha’i. Di awal pembahasan, kami diberitahu
untuk menggaris bawahi bahwa Baha’i adalah agama independen, bukan sekte dari
sebuah agama. Pembawa wahyu dalam agama Baha’i adalah Baha’ullah yang berasal
dari Persia (sekarang Iran). Pada waktu sebelum mendapatkan wahyu, kalau tidak
salah Baha’ullah ditahan di penjara (maafkan saya yang kurang fokus hu hu). Dan
saat itu, ia mendapatkan wahyu dan menyimpannya dulu hingga kira-kira pada
tahun 1880 ia bebas lalu mulai menyatakan diri bahwa dia memiliki misi sebagai
fondasi bagi persatuan di dunia.
Agama Baha’i mempunyai prinsip, yaitu semua agama itu sama, Tuhan
itu juga sama, agama harus bisa bersatu dalam perdamaian dan keselarasan, baik
dalam keluarga atau lingkungan. Selain itu dalam memecahkan suatu masalah agama
Baha’i memilih jalur musyawarah, serta memutuskan bahwa meninggalkan perkara dunia itu tidak boleh, oleh karena itu pekerjaan adalah hal yang penting dan berguna.
Ajaran agama
baha’i terinspirasi dari Islam karena di daerah Persia pada saat itu banyak
penganut agama Islam. Mereka menyembah tuhan yang satu, yaitu Tuhan Yang Maha
Esa. Disebut agama baha’i karena nama pembawanya adalah Baha’ullah yang artinya
kemuliaan Tuhan, jadi mereka para penganut memutuskan untuk memberi nama agama
Baha’i. Rumah ibadah mereka dinamai Mashriqul Adhkar, yang berarti tempat
pujian pada Tuhan.
Di
Indonesia, agama ini masuk pertama kali pada tahun 1880 lewat utusan dua orang
yang saya tidak mencatat lagi namanya, hu hu hu. Lalu pada tahun 1950, ajaran
tersebu masuk lagi lewat dokter-dokter dari Persia karena pada saat itu
Indonesia juga sedang membutuhkan figur dokter. Iya teman-teman, jadi selain
membantu mengobati orang sakit, mereka juga berusaha untuk berdakwah.
Kegiatan
agama ini mulai dilarang oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1962 karena
mereka mempunyai tanah suci di Israel yang menimbulkan prasangka bahwa mereka
adalah zionis. Jadi, semisal para penganut agama Baha’i berkumpul, tidak boleh
lebih dari lima orang.
Tempat suci Agama Baha'i di Israel termasuk dalam Warisan Dunia yang ditetapkan oleh Unesno. (Sumber: republika.com) |
Maaf
teman-teman, hanya segitu yang saya dapatkan atas ketidakfokusan saya dalam
menyimak materi. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang Ahmadiyah, bisa kunjungi
www.ahmadiyah.id . Sedangkan untuk agama Baha’i, bisa
kalian kunjungi laman www.bahaiindonesia.org .
Kesimpulan dari
dua materi ini adalah mengacu pada menghilangkan prasangka demi terciptanya
perdamaian. Artinya, Indonesia adalah negara yang memiliki aneka ragam budaya,
suku, dan penganut agama. Karena kita tinggal di atap yang sama, yakni
Indonesia, maka marilah kita saling bergandengan tangan demi ketenteraman
negara kita. Perbedaan bukan suatu masalah yang membuat kita trauma, karena
perbedaan itu memang mutlak adanya dan harus kita sikapi dengan damai, baik,
dan tenang. Bukankah tiap-tiap agama membawa misi yang sama, yakni kedamaian
dan kasih sayang sesama manusia? Ingat juga, bahwa Indonesia itu berbeda-beda
namun tetap satu: Bhinneka Tunggal Ika.
Desember, 2018
Yogyakarta
Tidak ada komentar: