Tetiba Kepikiran: Diam Itu Emas, Tapi Komunikasi Juga Perlu

<a href='https://www.freepik.com/vectors/woman'>Woman vector created by macrovector - www.freepik.com</a>


Overthinking itu tidak mengenal waktu guys, menurut saya. Soalnya nggak cuma malam, pagi pun saya bisa diserang overthinking secara brutal sampai kepala saya rasanya penuh. Yha ini, contohnya. 

Saya tetiba kepikiran aja, bagaimana bisa kita berharap orang memahami keadaan kita sementara kita nggak kasih clue atau malah diam menutup-nutupi seolah gak terjadi apa-apa? 

Tunggu. Saya nggak ada maksud menyalahkan. Ini sebagai refleksi untuk diri saya sendiri juga. 

Saya sempat dikatai oleh seseorang bahwa saya ini orangnya gak peka gara-gara gak bertanya ke dia yang sedang badmood. Padahal seumur hidup, saya merasa bahwa saya adalah orang paling peka sedunia dengan perasaan orang lain. Saya tahu ketika ada sesuatu yang salah dengan seseorang, cuma satu masalahnya: saya nggak enak untuk bertanya karena takut dianggap kepoan, ikut campur, dan barangkali itu masalah pribadi yang ingin dikeep sendiri, kan? Pertimbangan saya diam dan tidak bertanya ya, karena itu. 

Baru saya pahami sekarang bahwa bertanya itu gak ada salahnya. Apalagi ke orang terdekat, untuk memastikan apakah dia baik-baik saja dan butuh ditemani, atau didengarkan? 

Saya jadi menyesal karena dengan saya yang pasif terhadap keadaan orang terdekat, saya dianggap acuh. Padahal dalam lubuk hati yang paling dalam, saya kepikiran dam khawatir: ada masalah apa, bisakah saya bantu meringankan, bagaimana perasaannya sekarang, apakah keadaannya sangat memburuk, apakah dia perlu bantuan saya, apakah kehadiran saya bisa membantu meringankan permasalahannya, dan lain sebagainya. 

Ya tapi itu, saya selalu terborgol dengan pertimbangan gak mau dianggap kepoan dan ikut campur. Iya, itu adalah PR saya ke depannya.

Dan untuk ungkapan diam itu emas. Sebagai orang yang sudah dewasa, saya memahami bahwa ada perasaan dari dalam diri kita untuk tidak membebani orang lain dengan masalah yang kita hadapi. Sehingga, kita memilih diam dan sedikit berharap orang lain bisa memahami diamnya kita. Lalu, kita beranggapan bahwa semua akan tahu kok, pada waktunya, ketika semua masalah yang kita hadapi itu sudah selesai. 

Masalahnya adalah, seringkali kita diam, tidak mengomunikasikan apa yang terjadi dengan diri kita, tapi kita berharap pihak lain memahami kenapa kita diam dan tidak mengganggu kita. Ditambah lagi dengan perubahan sikap yang sangat drastis.

"Nanti juga bakal tahu," YA????????????????

Ya gak ada yang salah sih, dengan keputusan apapun yang diambil. Saya juga pasti sesekali akan bersikap begitu karena ingin menyelesaikan terlebih dahulu masalah yang saya hadapi, baru setelah itu saya komunikasikan alasan saya berubah sikap sangat drastis. 

Tapi, seenggaknya kita tahu dan punya pertimbangan, kapan kita harus diam dan bercerita sehingga gak perlu membuat orang lain merasa bersalah karena dianggap gak memahami diri kita yang diam. Atau kepada siapa kita harus diam dan bercerita perihal permasalahan yang sedang kita hadapi. Apalagi jika ada keterlibatan pihak lain dalam masalah yang kita hadapi, meski keterlibatan itu sedikit saja. Seenggaknya kita harus berani mengomunikasikan untuk memperjelas semuanya. 

Ah, permasalahan diam itu emas tapi perlu dikomunikasikan itu sebenarnya gak begitu kompleks, cuma ribet aja. Kalau kata saya, permasalahan ini ada kaitannya erat dengan kepercayaan. Masalah waktu? Hmm, no no no. Waktu tidak pernah salah, cuma kita aja yang kurang tepat mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. 


Duh makin gak jelas. Yaudah lah, soalnya tetiba kepikiran. 

See ya!

Tetiba Kepikiran: Diam Itu Emas, Tapi Komunikasi Juga Perlu Tetiba Kepikiran: Diam Itu Emas, Tapi Komunikasi Juga Perlu Reviewed by Leony Sherena on Juli 04, 2021 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.