Tetiba Kepikiran: Hidup Itu Banyak Perspektif, Ya...

<a href='https://www.freepik.com/free-photos-vectors/woman'>Woman vector created by felicities - www.freepik.com</a>


Saya gak akan menulis dengan bahasa ndakik-ndakik di sini, sebab saya memang gak ahli dalam bidang tersebut. Saya cuma mau menyampaikan pikiran saya yang tiba-tiba datang. Ini mungkin akan menjadi episode pertama dalam ruang Tetiba Kepikiran di blog saya yang satu ini.

Saya mau kasih disclaimer untuk ruang Tetiba Kepikiran: bahwa ini murni berangkat dari overthinking saya yang random. 

Saya gak ahli debat, tapi kalau mau bertukar pikiran atau diskusi sih, ya ayo aja, asal dengan baik dan nggak ngotot-ngototan. Barangkali ini intro yang pas untuk episode pertama Tetiba Kepikiran, sebab topik yang tiba-tiba menyerang pikiran saya adalah mengenai beragamnya hidup kita sebagai manusia. 

Saya akan turut membenarkan jika ada yang mengatakan bahwa pemakluman dalam sebuah perbedaan itu diperlukan untuk menetralisir ketegangan dalam sebuah perbedaan yang ada. Tapi pemaklumannya harus sesuai porsi, bukan yang porsi mini atau porsi mbludak. 

Misal aja dalam konteks persepsi individu pada kota Jogjakarta. 

Ah... Jogja, yang kata banyak orang merupakan sebuah kota yang dipercaya memiliki sesuatu, seperti kata mas Aditia Sofyan dalam lagunya yang berjudul Sesuatu di Jogja. 

Tunggu dulu! Sesuatu itu maknanya luas sih, kalau menurut saya. Bisa dari sisi politik, budaya, ekonomi, sosial, agama, arsitektur, banyak aspek lainnya.

Ada orang yang lebih suka membahas Jogja dari segi politiknya yang tentunya berhubungan erat sama kondisi ekonomi. Ada juga yang lebih suka membahas Jogja dari kacamata budayanya, yang tentunya agama dan sosial juga bisa masuk ke dalam aspek ini. Tapi sebetulnya, antara satu aspek dengan yang lainnya berhubungan nggak, sih? Kalau kata saya sih, iya. Tentu aja. 

Tapi tunggu dulu (lagi), saya nggak akan membahas satu-persatu aspek yang saya sebutkan tadi. 

Saya cuma tiba-tiba kepikiran aja, ketika ada yang bahas kota Jogja yang banyak meromantisasi dari angkringan, kenangan, dan lain sebagainya, terus datanglah satu dan yang lain makbedunduk menyerang "romantisisasi terooos, delok wi UMR ro klitih iseh dadi problem", lalu yang paling parah sampai ngatain pake kata kasar sambil membagikan pengalamannya mengenai dirinya, padahal belum kenal. 

Yaaa, gak apa-apa sih. Gak ada masalah apa-apa. Lagian itu salah satu cara membagi perspektif lain. Saya gak merasa tersinggung atau apa sih, saya cuma fokus dan kepikiran sama satu hal, kalau perspektif orang itu berbeda-berbeda bergantung pada pengalaman masing-masing. Gak bisa dipaksakan untuk berubah karena biasanya kalau udah punya pengalaman, rasanya perspektif itu udah erat aja di kepala. Nempel sakpole kayak manten baru. 

Bagi saya yang hidup di Jogja sejak otw dirilis sampai saya berusia hampir seperempat abad, saya juga memiliki cara sendiri untuk menggambarkan pada khalayak bagaimana Jogja. Saya gak begitu paham tentang politik atau ekonomi, tapi saya tertarik pada segi sosial, agama, dan budayanya. Ya meskipun nggak mendalami dan nggak ahli, saya memilih untuk menggambarkan perspektif saya mengenai kota Jogja dari aspek yang saya suka dan juga berdasarkan dari pengalaman saya. 

Selama hidup di Jogja, saya suka jalan-jalan menikmati budaya, sejarah, kehidupan sosial dan agama di kota Jogja. Jadi, saya merasa lebih nyaman mendeskripsikan Jogja dari aspek tersebut berangkat dari pengalaman saya. Kalau ada yang mau membahas dari aspek lain, saya terbuka-terbuka aja, dan juga siap menyimak serta menerima perspektif orang lain. 

Pada intinya sih, pikiran random dan ke mana-mana ini membawa saya pada satu hal: keanekaragaman itu bakal selalu ada dalam hidup. Tinggal bagaimana respons kita menghadapi perbedaan yang ada di depan kita.

Ya udah sih, gitu aja. Soalnya tetiba kepikiran. See ya! 

Tetiba Kepikiran: Hidup Itu Banyak Perspektif, Ya... Tetiba Kepikiran: Hidup Itu Banyak Perspektif, Ya... Reviewed by Leony Sherena on Juni 23, 2021 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.