 |
| Sumber foto: screenshot adegan Netflix. |
Beginning, my middle, my end?
Satu kata untuk film ini: KLASIK.
Saya sarankan untuk nonton berurutan dari yang pertama:
1. To All The Boys I've Loved Before (2018)
2. To All The Boys. P.S: I Still Love You (2020)
3. To All The Boys: Always and Forever (2021)
Film ini diadaptasi dari bukunya Jenny Han dengan judul To All The Boys I've Loved Before dengan genre teen comedy romance. Sekuel pertama resmi rilis di Netflix pada tahun 2018, lalu disusul dengan sekuel kedua pada tahun 2020, dan yang terakhir pada tahun 2021. Tokoh utama dalam film ini adalah Lara Jean (yang diperankan oleh Lana Condor) dan Peter Kavinsky (yang diperankan oleh Noah Centineo). Pertama kali saya nonton ini, saya pikir filmnya akan mengisahkan tentang kisah-kisah Lara Jean bersama dengan mantan-mantan pacarnya. Lihat saja dari judulnya. Namun, ternyata bukan tentang mantan-mantan pacarnya si Lara, karena ternyata ide film ini meskipun sederhana tapi menarik.
Sekuel pertama dari film ini mengisahkan tentang Lara Jean yang hobi banget nulis surat cinta ke orang-orang yang pernah dia suka sejak dia SD sampai SMA. Surat-surat tersebut bisa dibilang surat yang dibuat oleh secret admirer karena si LJ (Lara Jean) gak berani buat kirim surat itu ke orang yang dia suka. Yak, betul. Lara Jean adalah seorang melankonli yang selalu mengharapkan kisah cintanya indah bak dongeng-dongeng Disney yang happily ever after, tapi dia takut untuk mewujudkannya. Lah, gimana tuh? Pengen punya kisah cinta tapi takut untuk memulai? Alhasil, adiknya si LJ yang gregetan dengan sikap kakaknya pun iseng mengirimkan surat-surat tersebut sesuai dengan alamat yang ada di dalam surat. Sekuel pertama menceritakan tentang respon-respon tidak terduga yang datang dari orang-orang yang dikirimi surat cinta Lara Jean, termasuk Peter yang akan menjadi cinta monyetnya.
Di sekuel kedua yang berjudul To All The Boys PS: I Still Love You (2020), Lara dan Peter diceritakan sudah berpacaran secara resmi. Seperti yang sudah disebutkan tadi, bahwa LJ adalah seorang yang ekspektasinya tinggi terhadap kisah cintanya, yang dia sandarkan pada kisah-kisah romantis yang klasik dalam beberapa buku yang pernah ia baca. Awalnya semua baik-baik saja, hingga salah satu orang yang dulunya ditaksir LJ (yang otomatis LJ buat surat cinta untuk orang itu) datang ke LJ untuk membawa surat balasan. Aw, di sinilah konflik asmara anak SMA dimulai.
Lalu, berakhirlah kisah percintaan LJ pada sekuel terakhir, yaitu To All The Boys: Always and Forever (2021). Yak, betul. Awet betul hubungan si LJ dan Peter ini, sehingga ketika mendekati kelulusan SMA, mereka merencanakan masa depan bersama agar kisah cinta mereka langgeng, termasuk juga urusan perkuliahan. Sayangnya, pikiran dari masing-masing pihak membuat rencana mereka tidak berjalan seindah sekuel pertama dan kedua. Kalau kata saya sih, semakin banyak kamu menerka-nerka tanpa bertanya, semakin sulit pula kondisi yang akan kamu terima.
Film tiga sekuel ini cukup menarik dari segi ide cerita, meskipun sebetulnya hanyalah mengangkat permasalahan ringan kisah cinta monyet remaja SMA. Akting Lana Condor dan Noah Centineo yang memerankan remaja bucin bin nggatheli juga cukup membuat saya gregetan karena gemas dengan bagaimana mereka meluapkan kebucinan mereka, dan kadang juga membuat saya ingin misuh karena LJ yang terlalu overthinking. Rasanya too-good-to-be-true kalau kisah ini ada di dunia nyata, yang mungkin saja juga bisa terjadi pada beberapa orang. Tapi poinnya, berhubungan dengan orang lain adalah perihal kita memahami konsekuensinya.
Untuk persoalan adegan, saya kira cukup oke dan tidak terlalu lebay. Ada adegan overthinking, ada pula adegan putus nyambung. Itulah alasan saya bilang di awal bahwa film ini adalah film yang klasik menurut saya, klasik dari ide dan jalan ceritanya.
Untuk sekuel pertama sampai terakhir, saya memberi nilai 7.5/10.
Seperti biasa, sebagai penutup, saya akan memberikan sebuah kutipan favorit saya dari sekuel terakhir dari To All The Boys ini:
I do know that love, real love, is choosing each other through all of it, every single day.
Tidak ada komentar: